Rabu, 19 Agustus 2009

kumpulan makalah EKONOMI & MANAJEMEN

makalah ekonomi
makalah manajemen

kumpulan makalah PAI

KUMPULAN MAKALAH LENGKAP


STUDI KASUS TENTANG KESULITAN ANAK DALAM BELAJAR

Makalah

Faktor Kesulitan Anak dalam Belajar

Dosen:

ZUHRI SOEHARTO. M. Ag

Disusun oleh:

Robi Permana

NIM: 0708. 10206 as 1V S1

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)

MUHAMMADIYAH BANDUNG

1429 H/2008 M

Secara garis besar, faktor penyebab kesulitan anak dalam belajar dapat diselidiki pada dua segi:

1. Segi Sekolah

Dalam hal ini meliputi beberapa masalah:

a. Guru

Guru dapat menjadi sebab kesulitan belajar, apabila : Guru tidak berkualtas. Hubungan guru dengan murid kurang baik. Guru – guru yang menuntut pelajaran diatas kemampuan anak. Guru tidak cakap dalam uasaha diagnosis kesulitan belajar. Metode pengajaran guru yang dapat menimbulkan kesulitan belajar

b. Alat

Alat pelajaran yang kurang lengkap membuat penyajian pelajaran yang tidak baik. Terutama pelajaran yang bersifat pratikum.

c. Tempat

Tempat maupun kondisi tempat yang kurang signifikan dan kurang nyaman, seperti kotor, bau, kurang kondusip, selalu gaduh/rebut/berisik oleh suara kendaraan menyebabkan hilangnya ketentraman anak dalam belajar, sehingga akan menjadikan penyebab kesulitan belajar bagi siswa.

d. Pelajaran.

Dalam segi pelajaran, seorang anak didik akan mengalami hambatan dari segi:

1. Membaca

Salah satu adanya kesulitan dalam membaca diakibatkan oleh penglihatan. Seorang siswa ketika disuruh membaca tulisan dibor, ketika penglihatannya buyar, maka ia akan mendapatkan kesulitan apa yang harus ia baca?.

Kesulitan membaca juga disebabkan oleh anak yang susah bicaranya (terbata-bata)

2. Menulis

Kesulitan menulis akan dirasakan bagi siswa yang salah satu jari tangan kanannya tidak berfungsi. Penyebab lainnya bisa diakibatkan oleh kuku yang telalu panjang, hal ini telah terbukti pada siswa yang memiliki kuku yang panjang di bagian ibu jari, telunjuk dan jari tengahnya mendapat kesulitan ketika menuliskan sebuah cerita yang guru sebutkan.

3. Berhitung.

Keksulitan berhitung bisa kena terhadap siswa yang lemah daya ingatnya.

2. Segi pertumbuhan fisik

Permasalahan ini meliputi beberapa hal:

a. Berbicara

Berbicara merupakan paktor utama yang mendukung terhadap pembelajaran. Hambatan berbicara merupakan hambatan belajar yang sering terdapat pada tingkat anak prasekolah, dan umumnya mengakibatkan anak terlambat bicara

b. Berfikir

Sedangkan masalah hambatan dalam berpikir terlihat dari anak yang mengalami kesulitan dalam membentuk konsep, mengaitkan apa yang dipikirkan, dan memecahkan masalahnya.

c. Mengingat

Seorang anak yang memiliki hambatan dalam mengingat akan kesulitan mengingat apa yang telah ia lihat dan ia dengar, padahal daya ingat merupakan syarat utama untuk belajar. Anak juga tidak mampu memusatkan pikiran pada sesuatu yang harus dipilihnya, ia hanya berlari terus ke sana ke mari, dan tidak memiliki konsentrasi belajar dalam jangka waktu yang lama

d. Pungsi indra

Sedangkan hambatan fungsi indra termasuk hambatan dalam penglihatan dan pendengaran. Hal ini sebagaimana telah terjadi dalam beberapa kasus. contoh:

Tidak seperti biasanya, tiba-tiba saja ada siswa yang mendapat nilai matematika yang jauh di bawah nilai rata-rata teman sekelasnya. Orang tua yang tidak menerima kenyataan ini lalu memeriksa pekerjaan anaknya. Mereka kaget ketika mengetahui sang guru menyalahkan beberapa pekerjaan anaknya yang benar seperti: 2,3 + 3,01 = 5,31 dan ½ + 1/3 = 5/6. Ternyata, setelah diselidiki lebih lanjut oleh orang tuanya, si anak salah menulis soal karena ia memiliki sedikit kekurangan pada organ matanya. Yang seharusnya 3,91 ditulisnya 3,01 dan 1/5 ditulis 1/3. Sang guru menyalahkan pekerjaan tersebut karena ia hanya terpaku pada kunci jawaban. Setelah sang anak diberi kacamata, ia tidak salah lagi menulis soal dan nilai matematikanya menjadi baik. Contoh ini menunjukkan bahwa penglihatan yang kurang baik dapat menjadi salah satu penyebab kesulitan belajar siswa. Dalam hal ini tulisan maupun peragaan guru kurang bisa dilihat sehingga informasi guru tidak sampai dengan sempurna.

PENYEBAB MASALAH

1. Faktor keturunan

Di Swedia, Hallgren (1950) melakukan penelitian dengan objek keluarga dan menemukan rata-rata anggota keluarga tersebut mengalami kesulitan dalam membaca, menulis, dan mengeja. Kesimpulannya, hal tersebut dipengaruhi oleh faktor keturunan. Ahli lainnya, Hermann (1959), mempelajari dan membandingkan anak-anak kembar yang berasal dari satu sel telur. Ia memperoleh kesimpulan bahwa anak kembar dari satu sel itu lebih mempunyai kesamaan dalam hal kesulitan membaca daripada anak kembar dari dua sel telur.

2. Fungsi otak kurang normal

Ada pendapat yang menyatakan bahwa anak yang lamban belajar mengalami masalah pada saraf otaknya. Pendapat ini telah menjadi perdebatan yang cukup sengit. Beberapa peneliti menganggap bahwa terdapat kesamaan ciri pada perilaku anak yang lamban belajar dengan anak yang abnormal. Hanya saja, anak yang lamban belajar memiliki adanya sedikit tanda cedera pada otak. Oleh sebab itu, para ahli tidak terlalu menganggap cedera otak sebagai penyebabnya, kecuali ahli saraf membuktikan masalah ini. Mereka menyebutnya sebagai "disfungsi otak" ketimbang "cedera otak". Sebenarnya, sangatlah sulit untuk memastikan bahwa keadaan itu disebabkan oleh cedera otak.

3. Masalah organisasi berpikir

Anak yang lamban belajar akan mengalami kesulitan dalam menerima penjelasan tentang dunia luas. Mereka tidak mampu berpikir secara normal. Misalnya, anak yang sulit membaca akan sulit pula merasakan atau menyimpulkan apa yang dilihatnya. Para ahli berpendapat bahwa mereka perlu dilatih berulang-ulang, dengan tujuan meningkatkan daya belajarnya.

4. Kekurangan gizi

Berdasarkan penelitian terhadap anak dan binatang, ditarik suatu kesimpulan bahwa ada kaitan yang erat antara kelambanan belajar dengan kekurangan gizi. Walau pendapat tersebut tidak seluruhnya benar, tetapi banyak bukti menyatakan bila pada awal pertumbuhan seorang anak sangat kekurangan gizi, keadaan itu akan memengaruhi perkembangan saraf utamanya, dan tentunya membawa dampak yang kurang baik dalam proses belajar.

5. Faktor lingkungan

Pengaruh lingkungan, gangguan nalar, dan emosi, ketiganya mempunyai ciri khas yang sama, yaitu dapat mengakibatkan kesulitan belajar. Yang dimaksud dengan faktor lingkungan ialah hal-hal yang tidak menguntungkan yang dapat mengganggu perkembangan mental anak, misalnya keluarga, sekolah, masyarakat, dan lain-lain. Gangguan tersebut mungkin berupa kepedihan hati, tekanan keluarga, dan kesalahan dalam menangani anak. Meskipun faktor ini dapat memengaruhi, tetapi bukan merupakan satu-satunya faktor penyebab terjadinya hambatan. Yang pasti, faktor tersebut bisa mengganggu ingatan dan daya konsentrasinya. Dan dari pengalaman dapat dipetik pelajaran bahwa lingkungan yang tidak menguntungkan sedikit banyak bisa memengaruhi kecepatan belajar.

SOLUSI MASALAH

1. Pemeliharaan sejak dini

Bila faktor lingkungan merupakan penyebab utama mundurnya daya ingat dalam berpikir, pencegahan awalnya mungkin dengan mengubah lingkungan masyarakat dan lingkungan belajarnya. Perawatan sejak dini juga akan bermanfaat untuk pencegahan. Dalam suatu penelitian, setiap anak tinggal di dalam kamar yang berbeda dan hidup bersama dengan orang dewasa. Mereka mendapat perawatan yang khusus serta cermat dari para perawat wanita yang berpendidikan rendah. Dari hasil tes IQ terlihat adanya kemajuan. Dari sini dapat disimpulkan perawatan dini dan pemeliharaan secara khusus dapat menolong mengurangi tingkat kelambanan belajar.

2. Pengembangan secara keseluruhan

Usahakan agar anak mau mengembangkan bakatnya sebagai upaya mengalihkan perhatiannya dari kelemahan pribadi yang telah membuat mereka kecewa dan apatis. Pengalaman dalam pelbagai hal akan membuat anak mengembangkan kemampuannya, dan pengalaman yang sukses akan membangun konsep harga diri yang sehat.

3. Lembaga pendidikan khusus atau umum

Suatu penelitian dilakukan untuk membuktikan apakah dalam upaya untuk menolong, anak yang lamban belajar sebaiknya bergabung dalam lembaga pendidikan khusus atau lembaga pendidikan umum. Hasilnya, tidak diperoleh suatu kepastian karena adanya perbedaan pendapat. Kesimpulannya, dari segi nalar tidak ditemukan adanya peningkatan ketika anak berada di lembaga pendidikan khusus. Hasil belajarnya pun tidak lebih baik dibandingkan dengan mereka yang bergabung di lembaga pendidikan umum. Dalam hal pergaulan, mereka yang ada di lembaga pendidikan umum mungkin mengalami perasaan seperti diasingkan oleh teman-temannya, tetapi di sana mereka dapat memiliki harga diri yang lebih tinggi daripada yang mengikuti pendidikan di lembaga khusus. Bagi anak yang lamban belajar, yang terpenting bukanlah di mana mereka disekolahkan, tetapi bagaimana mereka mendapatkan pengaturan lingkungan belajar yang ideal.

4. Memberikan pelajaran tambahan

Sekolah dapat mengatur atau menambah guru khusus untuk menolong kebutuhan belajar anak. Dapat juga dengan menyediakan program belajar melalui komputer. Dengan demikian, mereka dapat belajar tanpa tekanan dan memperoleh kemajuan yang sesuai dengan kemampuan diri sendiri. B.F. Skinner mengatakan bahwa penggunaan mesin mengajar akan sangat bermanfaat bagi mereka. Dewasa ini komputer telah menjadi alat pendidikan yang populer. Gereja atau sekolah dapat menggunakannya untuk mendidik anak yang lamban belajar.

5. Latihan indra

Kesulitan belajar bagi anak yang lamban berhubungan erat dengan intelektualitasnya. Jadi, penting juga untuk memberikan beberapa teknik latihan indra kepada mereka.

a. Latihan indra

Dengan latihan ini anak dilatih untuk mengenal lingkungan melalui penglihatan, pendengaran, atau perabaan. Misalnya, mengenal benda melalui perbedaan bentuk atau suara. Dengan mata tertutup anak diajak untuk mengenal bentuk, kasar, atau halus suatu benda. Semua latihan tersebut dapat mempertajam indra anak.

b. Latihan koordinasi

Hal-hal yang termasuk dalam latihan koordinasi ialah menggunting, mewarnai, meronce, mengikat, melakukan estafet, atau gerakan lainnya. Latihan tersebut kemudian disatukan dengan gerakan dalam kehidupan sehari-hari seperti: memakai atau menanggalkan sepatu, menyikat gigi, menyisir rambut, menuang air, dan sebagainya.

c. Latihan konsentrasi

Melalui latihan ini anak dilatih untuk memerhatikan rangsangan-rangsangan yang ada di luar, melalui permainan, nyanyian, meniru gerakan guru, bermain kartu, atau berkejar-kejaran untuk melatih konsentrasinya.

d. Latihan keseimbangan

Rasa keseimbangan akan menenteramkan emosi anak dan menolong melatih gerak-gerik tubuh mereka. Misalnya, belajar berbaris, menari, menaiki papan titian, senam irama, dan sebagainya.

  1. Prinsip belajar

Semua usaha yang melatih anak untuk meningkatkan daya belajarnya, sebaiknya memerhatikan prinsip dan keterampilan belajar.

a. Usahakan agar anak lebih banyak mengalami sukacita karena keberhasilannya. Hindarkan kegagalan yang berulang-ulang.

b. Dorong anak untuk mencari tahu jawaban yang benar atau salah dengan usahanya sendiri. Dengan demikian, anak dapat dipacu semangatnya untuk belajar.

c. Beri dukungan moril atas setiap perubahan sikap anak agar mereka puas. Kadang-kadang berilah hadiah kepada anak.

d. Perhatikan taraf kemajuan belajar anak, jangan sampai kurang tantangan dan terlalu banyak mengalami kegagalan.

e. Lakukan latihan secara sistematis dan bertahap sehingga mencapai kemajuan belajar.

f. Boleh memberikan pengalaman berulang yang cukup, tetapi jangan diberikan dalam jangka pendek.

g. Jangan merencanakan pelajaran yang terlampau banyak bagi murid.

h. Gunakan teknik bahasa yang melibatkan lebih banyak penggunaan indra.

i. Lingkungan belajar yang sederhana akan mengurangi rangsangan yang tidak diinginkan. Aturlah tempat duduk sedemikian rupa agar mereka tidak merasa terganggu.

  1. Dukungan orang tua

Dorongan dan bantuan orang tua erat hubungannya dengan hasil belajar anak yang lamban. Bila dalam mengulangi apa yang dipelajari di sekolah, orang tua bekerja sama dengan guru dalam memberikan metode dan pengarahan yang sama, tentu akan diperoleh hasil yang lebih baik. Bila memungkinkan, ibu boleh meminta izin untuk mengamati proses belajar mengajar di sekolah. Ikutilah seminar-seminar mengenai anak yang lamban belajar untuk menambah wawasan Anda.


Pendidikan Informal

PENDIDIKAN INFORMAL

OLEH: ROBI PERMANA

1. Pendidikan

Dalam UU RI no 2 tahun 1909 tentang system pendidikan Bab 1 pasal 1 ayat 1 dikemukakan sebagai ebrikut:

“pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan bagi peranannya di masa yang akan dating”.

Sedangkan ditinjau dari Perndidikan Agama Islam (PAI), definisi pendidikan dikemukakan sebagaii berikut:

“pendidikan islam ialah proses bimbingan secara sadar seorang pendidik sehingga aspek jasmani, rohani, akal dan potensi anak didik tumbuh dan berkemebang menuju terbentuknya pribadi, keluarga dan masyarakat Islami.

Dari definisi yang dikemukakan dalam dua aspek tadi, intinya pendidikan merupakan hal yang terpenting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, serta pentingnya belajar serta mendapatkan bimbingan demi bekal dan kelancarannya di kehidupan yang mendatang.

2. Pendidikan informal

Pendidikan informal adalah pendidikan yang diperoleh seseorang dengan pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar, sejak ia lahir sampai mati di dalam keluarga/pergaulannya sehari-hari.

Pendidikan informal ini meliputi pendidikan secara langsung yang berkaitan dengan pribadi anak itu sendiri dengan pergaulannya, baik di lingkungannya maupun lingkungan terbuka atau lingkungan luar.

Menurut Mooridjan, seorang pengamat pendidikan, dalam uraian KHD tentang tri pusat sistem pendidikan, dikatakan bahwa pusat pendidikan terutama untuk anak adalah didalam rumah tangga dengan ibu dan bapak sebagai pendidik. Selain waktu terbanyak dari seorang anak itu memang dalam rumah, juga sebenarnya hubungan emosional yang dapat membangun sikap, sifat dan watak seorang anak dimulai sejak lahir, dalam rumah.

Saat sang bayi lahir, guru bicara pertama, guru nyanyi pertama adalah ibu. Pendeknya sebelum anak mengenal sekolah, bahkan masih dalam masa "Aha Elibris" (selalu ingin bertanya) peranan orang tua sangat besar.

a. Pentingnya pendidikan informal

pendidikan informal merupakan penidikan pemula, sebelum melangkah kepada pendidikan formal. Berhasil atau tidaknya pendidikan formal atau pendidikan sekolah bergantung pada dan dipengaruhi oleh pendidikan di dalam keluarga. Pendidikan ini adalah pundamen atau dasar bagi pendidikan selanjutnya. Hasil-hasil pendidikan yang diperoleh anak dalam keluarga menentukan pendidikan anak selanjutnya, baik dis ekolah maupun dalam masyarakat.

Hal yang dikemukakan tadi tidak bisa disangkal lagi betapa pentingnya pendidikan dalam lingkungan keluarga bagi perkembangan anak-anak menjadi manusia yang berpribadi dan berguna bagi masyarakat. Tentang pentingnya pendidikan dalam lingkungan keluarga itu telah dinyatakan oleh banyak ahli didik dari zaman yag telah lampau.

Comenius, seorang ahli didaktik yang terbesar, dalam bukunya Didaktica Magna, disamping mengemukakan azas-azas didaktiknya yang samapai sekarang masih dipertahankan kebenarannya, juga menekankan betapa pentingnya pendidikan keluarga itu bagi anak-anak yang sedang berkembang. Di dalam uraiannya tentang tingkatan-tingkatan sekolah yang dilalui oleh anak sampai mencapai tingkat kedewasaan, ia menegaskan behwa tingkatan permulaan bagi pendidikan anak-anak dilakukan di dalam keluarga yang disebut scola-materna (sekolah ibu). Untuk tingkatan ini ditulisnya sebuah buku penuntun, yaitu informatorium. Di dalamnya diutarakan bagaimana orang tua harus mendidik anak-anaknya dengan bijaksana, untuk memuliakan Tuhan dan untuk keselamatan jiwa anak-anaknya.

J.J, Rouseatu, sebagai salah satu pelopor ilmu jiwa anak mengutaarakan pula betapa pentingnya pendidikan keluarga itu. Ia menganjurkan agar pendidikan anak-anak disesuaikan dengan tiap-tiap masa perkembangannya sedari kecilnya, dijelaskannya pendidikan-pendidikan manakah yang perlu diberikan kepada anak-anak mengigat msa-masa perkembangan anak itu.

b. Peranan pendidikan informal (keluarga) terhadap pendidikan anak

1. Peranan ibu

pada kebanyakan keluarga, ibulah yang memegang peranan terpenting terhadap anak-anaknya. Sejak anak itu dilahirkan, ibulah yang selalu disampingnya.

Pendidikan seorang ibu terhadap anaknya merupakan pendidikan dasar yang tidak dapat diabaikan sama sekali. Maka dari itu, seorang ibu hendaklah menjadi orang yang paling pijaksana dan pandai mendidik anak-anaknya.

Sesuai dengan pungsi san tanggung jawabnya sebagai anggota keluarga, dapat disimpulakan bahwa peranan ibu dalam nemdidik anak-anaknya adalah sebagai:

- Sumber dan pemberi rasa kasih saying,

- Pengasuh dan pemelihara,

- Tempat mencurahkan isi hati,

- Mengatur kehidupan dalam rumah tangga,

- Pembimbing dalam hubungan pribadi,

- Pendidik dalam segi-segi emosional

2. Peranan ayah

Disamping ibu, seorang ayahpun memegang peranan yang penting pula. Anak memandang ayahnya sebagai orang yang tertinggi gengsinya atau prestasinya. Kegiatan seorang ayah terhadap pekerjaannya sehari-hari sungguh besar pengaruhnya kepada anak-anaknya, lebih-lebih anak yang telah agak besar.

Meskipun demikian, ada banyak factor kesalahan dalam pendidikan akibat ayahnya yang terlelu sibuk dengan pekerjaannya, sehingga tidak ada waktu untuk bergaul mendekati anaknya dan mendidik untuk mengembangkan jiwa kepribadian anaknya. Lebih celaka lagi seorang ayah yang secara sengaja tidak mau berurusan dengan pendidikan anak-anaknya dan pendidikan diserahkan ke sekolah yang diurus oleh ibu anak-anak. Ayah hanya memberikan biaya pendidikan anaknya dan tidak memberikan bimbingan atau arahan pendidikan. Hal inilah yang sering terjadi di kalangan kehidupan kita.

Ditinjau dari fungsi dan tuganya sebagai ayah dalam pendidikan anak-anak yang lebih dominan adalah sebagai:

- Sumber kekuasaan di dalam keluarga

- Penghubung intern keluarga dengan masyarakat atau dunia luar,

- Pemberi perasaan aman bagi seluruh anggota keluarga,

- Pelindung terhadap ancaman dari luar,

- Hakim atau yang mengadili jika terjadi perselisihan,

- Pendidik dalam segi-segi rasional

3. Peranan nenek

Selain oleh ibu dan ayah, banyak pula anak-anak yang menerima pendidikan dari neneknya, baik nenek laki-laki maupun nenek perempuan ataupun keduanya.

Umumnya, nenek itu merupakan sumber kasih saying yang mencurahkan kasih sayangnya yang berlebih-lebihan terhadap cucunya itu, mereka semata-mata memberi belaka. Maka dari itu, mereka lebih memanjakan cucu-cucunya dengan sangat berlebih-lebihan. Terkadang hal ini mengakibatkan adanya pertentangan atau perselisihan antara orang tua anak dan nenek mengenai cara mendidik anak-anaknya.

Sikap nenek yang memanjakan cucunya itu bisa menjadikan salah satu factor adanya kesulitan dalam belajar. Oleh sebab itu, pendidikan nenek dengan cara pandang seorang nenek jangan diberikan secara bebas, dan harus diperhatikan secara seksama serta ibu harus memberikan bimbingan pada anak untuk menguatkan kepribadiannya.


3. Pembinaan kerjasama orang tua, sekolah dan masyarakat

Proses pendidikan yang dilakukan oleh ketiga lingkungan tersebut dapat di kemukakan sebagai berikut, secara mental spiritual dasar-dasar pendidikan diletakan oleh rumah tangga, dan secara akademik konseptual dikembangkan oleh sekolah sehingga perkembangan pendidikan anak makin terarah.

Betapa eratnya kerjasama yang terpadu dari ketiga macam lingkungan pendidikan untuk membawa anak kepada tujuan bersama, yaitu membentuk anak menjadi anggota masyarakat yang baik untuk bangsa, negara, dan agama.

Unsur-unsur pokok yang ada dalam suatu masyarakat adalah:

a. Adanya unsur kelompok manusia yang tinggal di daerah tertentu.

b. Mempunyai tujuan yang sama.

c. Mempunyai nilai-nilai dan aturan yang di taati bersama.

d. Mempunyai organisasi yang di taati.

Kerjasama ini sebagai rangsangan dan pendidikan terbesar bagi anak, sebab hasil input dan autput anak tetap dari keluarga, ke sekolah, ke masyarakat dan kembali ke keluarga. Hal ini tidak bisa ditentang lagi, kesemuanya itu anak memerlukan pendidikan yang eksta bagi kelancaran dalam hidupnya yang berangsur-angsur dan berjangka panjang.

4. Kesimpulan

Dari beberapa penjelasan yang dikemukakan, maka tidak di pungkiri lagi kepentingan dalam pendidikan informal atau pendidikan keluarga, karena pendidikan keluarga sebagai awal pendidik bagi anak sekaligus penentu baik-buruknya pendidikan yang akan dilakukan anak selanjutnya, yaitu pada pendidikan formal.

Orang tua sebagai stimulus dan kunci pendidikan anak dalam keluarga harus benar-benar mendidik dan memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak. Tidak ada alasan bagi orang tua untuk mengelak atau menghindari terhadap pendidikan anak, meninjau pendidikan informal atau kelurga begitu sangat diperlukannya bagi anak dan sangat pentingnya bagi perkembangan anak.